Dalam setahun, sebuah tower (menara) transmisi milik PLN rupanya bisa disambar oleh petir sebanyak puluhan kali. Tak jarang, sambaran petir itu membuat tower transmisi milik PLN mengalami gangguan karena sistem perlindungan yang ada kurang efektif.
Berangkat dari permasalahan itu, Dr Ir Djoko Darwanto (KK Teknik Ketenagalistrikan STEI), bersama timnya yang beranggotakan Muhammad Fattah Aziiz, Gumilang Dewananta, serta Achmad Arbi (alumni program studi Teknik Tenaga Listrik STEI) yang adalah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan sebuah inovasi sistem perlindungan tower transmisi. Mereka bergabung dalam perusahaan rintisan PT Tesla Daya Elektrika.
Perusahaan ini membangun sistem bernama I-GSW High Voltage untuk perlindungan pada tower transmisi tegangan tinggi dan I-GSW Medium Voltage untuk perlindungan pada tower distribusi tegangan menengah. I-GSW merupakan singkatan dari Isolated Ground Shield Wire.
“Inovasi ini berupa sistem. Jadi terdiri dari empat alat atau komponen,” ujar Muhammad Fattah Aziiz saat ditemui Tribun Jabar di kantor Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (LPIK-ITB), Jalan Ganesha, Bandung, Rabu (4/10/2017).
Sistem perlindungan tower transmisi ini, imbuhnya, terdiri dari empat alat atau komponen, yaitu finial, isolator, penghantar turun, dan elektroda Pentahanan. Cara kerjanya, jika ada petir yang menyambar, tower transmisi tidak akan mengalami gangguan karena tegangan listrik langsung diisolasi melalui finial dan isolator. Kemudian tegangan listrik dialirkan ke tanah oleh penghantar turun. Selanjutnya, elektroda pentanahan menetralkan listrik dari petir itu di dalam tanah. Jarak elektroda pentahanan dari tower akan ditempatkan cukup jauh, yakni sekitar 3-5 meter. Biasanya, ucap Fattah, selama ini tower transmisi yang belum memiliki sistem perlindungan yang baik akan mengalami gangguan karena listrik dari sambaran petir tidak diisolasi.
“Listrik dari sambaran petir tidak diisolasi. Bahkan dialirkan ke tanah yang berdekatan dengan lokasi tower-nya. Jadinya listrik dari petir masih ada di sekitaran tower itu,” ujar Fattah.
Hingga saat ini, kata Fattah, inovasi yang diciptakan oleh timnya telah diaplikasikan pada beberapa tower transmisi milik PLN Kupang. Timnya pun masih berusaha untuk memasarkan pada beberapa PLN di tiap daerah secara langsung.
“Keunggulan sistem kami adalah harganya jauh lebih murah dari kompetitor. Kalau kompetitor harganya bisa di atas Rp 200 juta. Kalau (harga produk) kami ada di kisaran Rp 80-100 juta karena semua komponen buatan dalam negeri,” ujar Fattah.
Inovasi ini pun, sambung Fattah, sudah dikembangkan sejak akhir tahun 2015.
“Sekarang kami sedang proses mendaftarkan hak paten atas nama ITB. Karena kami (Tesla Daya Elektrika) juga masih terdaftar sebagai tenant (penyewa) di LPIK ITB. Pendaftarannya sudah sejak awal 2016,” ujarnya.
Produk inovasi yang mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan ITB ini juga telah meraih juara pertama dalam kompetisi Swiss Innovation Challenge 2017 di Sheraton Bandung Hotel & Towers, Jumat (22/09/2017). Bahkan, akhir bulan Oktober ini, Fattah akan berangkat ke Swiss untuk memaparkan produk inovasinya ini di University of Applied Sciences and Arts Northwestern Switzerland. (*)