Saya enggak mau sekolah kalau prakiraan cuaca bilang akan hujan petir," kata seorang yang sangat ketakutan dan tidak bisa mengontrol diri tiap mendung,
Saya benci kilat dan guntur, badan langsung bergetar hebat kalau ada petir, saya sampai pernah mengumpat dibalik selimut sambil menangis sesenggukan.
Saya bukan penakut, orang tua juga biasa saja dengan petir, tidak jelas juga mengapa saya bisa setakut ini sama petir sejak kecil.Kayaknya saya bukan takut sama suaranya, Soalnya saya tidak takut dengan petasan. kita bisa mengendalikan petasan karena buatan manusia. selain itu saya juga biasa saja kalau nonton video petir. vidio enggak akan buat kita mati, nah pikiran saya beda banget kalau sudah melihat langsung sambaran kilat, seakan akan nasib kita tergantung pada alam jika petir atau guntur terjadi saat itu juga, saya butuh dilindungi setiap ada petir karena khawatir hal buruk dapat terjadi, kita bisa saja kan tewas tersambar geledek..?
Saya pernah pergi berkemah bersama orang tua waktu masih kecil, lokasi di bukit jadi suara petir akan terus bergema, rasanya sangat menegangkan kalau mendengarkan dari tenda, saya langsung panik waktu itu dan tubuh tegang serta panas tercekat.
Saya merasa amat gelisah saat menutup kuping, saya baru bisa tenang kalau bersembunyi dalam selimut. semua anggota tubuh harus tertutup, saya sudah tidak peduli walau kepanasan di saat - saat seperti itu.
Orang tua tidak pernah berhasil menenangkanku, saya baru agak baikan kalau hujan petirnya berhenti ibu memakluminya tetapi ayah bingung kenapa saya bisa setakut itu sama geledek, kebanyakan orang tidak memahami astrofobia apalagi fobia ini hanya diidap oleh dua hingga tiga persen penduduk di berbagai negara, saya termasuk beruntung karena tidak ada teman dekat yang mengejek selama ini gara - gara takut geledek, mungkin karena mereka paham betapa takutnya saya sama petir.
Ketakutan ini sangat menyulitkan semasa saya masih kecil dulu, saya sampaiogah berangkat sekolah kalau prakiraan cuaca bilang akan hujan petir, untung saja fobianya berkurang setelah saya melewati masa pubertas. hanya saja pernah kambuh saat saya sedang menjaja anak orang, rasa takutnya tiba - tiba muncul ketika ada geledek, saya tidak bisa berhenti menangis waktu itu kacau banget pokoknya..
Sejak itu saya mulai memeriksa ramalan cuaca di internet secara rutin dan bahkan sedikit obsesif, supaya saya bisa tidur dengan nyenyak, saya menunjukan perilaku maniak kontrol sekaligus menjadi orang yang suka menghindar, saya enggak mau keluar rumah tanpa memeriksa laporan cuaca dan akan membatalkan rapat atau kelas kalau menurut ramalan hari itu akan terjadi hujan petir.
Apapun yang terjadi saya enggak mau berada dijalanan atau tempat asing saat guntur mulai pecah, terutama karena perasaan takut dan panik sangat tidak tertahankan. aneh sekali disekeliling orang - orang yang amat tenang saat kamu sendiri panik, masalahnya enggak ngaruh juga walau orang bilang " santai aja wooy" atau bakal kenapa napa.
Sekarang usia saya 27 Tahun dan saya akhirnya bisa mengatasi ketakutan saya, sekarang sih sudah tak terlalu intenst. dulu sulit sekali rasanya tapi saya bisa menjalani kegiatan tanpa bantuan psikolog. kamu sering mendengar bahwa orang butuh terapi EDMR atau apalah tapi saya kayaknya enggak, saya enggak punya pengalaman traumatis apapun terutama berkaitan dengan kilat dan guntur dan ini adalah bagian yang paling penting saya akhiri berhasil memandang fenomena ini dengan lebih proporsional.
Sekarang saya bisa menyakinkan diri sendiri bahwa saya berada didalam ruangan dan saya aman, saya tidak berbaring diranjang dan ketakutan lagi. tapi saya masih memilih selimut saat diluar sedang geledek, dan saya memilih tidak dekat - dekat alat elektronika apapun, saya masih tercekal dan perut saya masih mual setiap kali saya mendengar suara guntur. kalau sedang dirumahdan diluar rumah. kemungkinan besar saya menelepon atasan kantor dan bilang bahwa saya akan berangkat setelah geledek berhenti, kalau malam dan diluar ada geledek saya minta pelukan sama suami.
Setelah bertahun - tahun saya sadar bisa lebih tenag ketika ngobrol sama orang lain diluar ruangan saat sedang ada guntur, apalagi kalau ngobrolnya dengan orang yang kenal baik dengan saya, saya bisa mengatasinya seakan akan saya punya penangkal petir.
Artikel ini pertama kalinya tayang di tonic Belanda.